BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Lichen sebagai
tumbuhan pioneer memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Jenis
ini menjadi tumbuuhan perintis pada daerah-daerah yang keras dan kering
sehingga pada akhirnya dapat mendukung pertumbuhan organism lainnya. Saat ini
Lichen telah banyak dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat, beberapa jenis
Asolichen telah dimanfaatkan dan dapat pula dikonsumsi, oleh karena itu perlu
dijelaskan mengenai Lichen tersebut khusunya pada pemanfaatan Lichen bagi
kehidupan.
Simbiosis
mutualisme adalah hubungan antar organisme yang saling menguntungkan. Jamur
pada lumut kerak berfungsi sebagai pelindung dan penyerap air serta mineral.
Ganggang yang hidup di antara miselium jamur berfungsi menyediakan makan
melalui fotosintesis.
Lumut kerak
adalah organisme hasil simbiosis mutualisme. Jamur pada lumut kerak tidak dapat
hidup sendiri di alam. Lumut kerak mampu hidup subur pada suhu dan kelembaban
yang ekstrim seperti gurun dan kutub. Populasinya tersebar luas di seluruh
dunia dan tumbuh di Indonesia lebih dari 1000 species yang diketahui dari -
2500 species yang ada.
Lumut adalah
organisme komposit terdiri dari simbiosis asosiasi dari jamur (mycobiont itu)
dengan fotosintesis mitra (yang photobiont atau phycobiont), biasanya baik
ganggang hijau (umumnya Trebouxia sp) atau cyanobacterium (umumnya Nostoc).
Lumut terjadi di beberapa
lingkungan yang paling ekstrim di Bumi- tundra Arktik, padang pasir panas,
pantai berbatu dan tumpukan terak beracun. Namun, mereka juga berlimpah sebagai
epifit pada daun dan cabang di hutan hujan dan hutan subtropis, pada batu
telanjang, termasuk dinding dan batu nisan dan pada permukaan tanah yang
terbuka (misalnya Collema ) dinyatakan habitat mesic. Lumut yang luas dan dapat
berumur panjang. Namun, banyak spesies juga rentan terhadap gangguan
lingkungan, dan mungkin berguna untuk ilmuwan dalam menilai efek dari polusi
udara, penipisan ozon, dan kontaminasi logam. Lumut juga telah digunakan dalam
pembuatan pewarna dan parfum, serta obat-obatan tradisional.
Tubuh (talus) dari lumut yang
paling cukup berbeda dengan baik jamur atau alga tumbuh secara terpisah, dan
menyolok mungkin menyerupai tanaman sederhana dalam bentuk dan pertumbuhan.
Jamur mengelilingi sel-sel ganggang, sering
menutupinya dalam jaringan jamur kompleks unik untuk lichen asosiasi. Pada
banyak spesies jamur menembus dinding sel alga, membentuk penetrasi Pasak atau
haustoria serupa dengan yang dihasilkan oleh jamur patogen. lumut adalah
poikilohydric, mampu bertahan pada tingkat yang sangat rendah kadar air.
Namun, kembali
konfigurasi membran setelah jangka waktu dehidrasi memerlukan beberapa menit
setidaknya. Selama periode ini sebuah "sup" metabolit baik dari
mycobiont dan kebocoran phycobiont ke dalam ruang extracellar. Ini sudah
tersedia untuk kedua bionts untuk mengambil produk metabolisme penting
memastikan tingkat sempurna dekat mutualisme organisme epifit lain juga dapat
mengambil manfaat dari lindi ini kaya gizi. Fenomena ini juga menunjukkan
penjelasan kemungkinan lichen evolusi dari phycobiont aslinya dan komponen
mycobiont dengan migrasi berikutnya dari lingkungan perairan untuk lahan
kering.
Sel-sel alga
atau cyanobacterial dapat melakukan fotosintesis, dan seperti pada tanaman
mereka mengurangi atmosfer karbon dioksida menjadi gula karbon organik untuk
memberi makan kedua simbion. Kedua mendapatkan mitra air dan nutrisi mineral
terutama dari suasana, melalui hujan dan debu. Mitra jamur melindungi alga
dengan penahan air, melayani sebagai daerah tangkapan yang lebih besar untuk
nutrisi mineral dan, dalam beberapa kasus, menyediakan mineral yang diperoleh
dari substrat . Jika cyanobacterium hadir, sebagai mitra utama atau Simbion
lain selain ganggang hijau seperti dalam lumut tripartit tertentu, mereka dapat
memperbaiki nitrogen atmosfer, melengkapi kegiatan ganggang hijau.
Alga dan
komponen jamur dari beberapa lumut telah dibudidayakan secara terpisah dalam
kondisi laboratorium, tetapi dalam lingkungan alami lumut, tidak dapat tumbuh
dan bereproduksi tanpa pasangan simbiosis. Memang, meskipun strain cyanobacteria
ditemukan di berbagai cyanolichens sering erat terkait satu sama lain, mereka
berbeda dari strain hidup bebas yang paling terkait erat. Hubungan simbiosis
lumut adalah dekat: Ini memperluas jangkauan ekologi dari kedua mitra dan wajib
untuk pertumbuhan dan reproduksi di alam lingkungan. Propagul (diaspores)
biasanya mengandung sel-sel dari kedua pasangan, meskipun komponen jamur yang
disebut "spesies pinggiran" mengandalkan hanya pada sel-sel alga
tersebar oleh "spesies inti."
Asosiasi lichen
dapat dianggap sebagai contoh mutualisme, commensalism atau bahkan parasitisme,
tergantung pada spesies. Cyanobacteria di laboratorium pengaturan bisa tumbuh
lebih cepat ketika mereka sendiri daripada ketika mereka adalah bagian dari
lumut. Hal yang sama, bagaimanapun, dapat dikatakan terisolasi sel kulit tumbuh
dalam budaya laboratorium, yang tumbuh lebih cepat dibandingkan sel sejenis
yang diintegrasikan ke dalam jaringan fungsional. Namun, dari karya mutualisme
Coxson akan muncul untuk terbaik meringkas pengetahuan kami saat ini.
Meskipun lumut
telah diakui sebagai organisme untuk beberapa waktu, itu tidak sampai 1867,
ketika Simon Schwendener ahli botani di Swiss mengusulkan teori dual nya lumut,
bahwa sifat sejati dari asosiasi lichen mulai muncul hipotesis Schwendener,
yang pada saat itu tidak memiliki bukti eksperimental, berasal dari analisis
yang luas tentang anatomi dan pembangunan di lumut, ganggang, dan jamur dengan
menggunakan mikroskop cahaya .
Banyak
lichenologists terkemuka pada saat itu, seperti James Crombie dan Nylander,
menolak hipotesis Schwendener karena konsensus umum adalah bahwa semua makhluk
hidup otonom. Ahli biologi lainnya menonjol, seperti Heinrich Anton de Bary ,
Albert Bernhard Frank , dan Hermann Hellriegel tidak begitu cepat menolak ide-ide
Schwendener dan konsep segera menyebar ke daerah lain studi, seperti mikroba,
tanaman, hewan dan patogen manusia. Ketika hubungan yang kompleks antara
mikroorganisme patogen dan inang akhirnya diidentifikasi-menyangkal gagasan
hipotesis holistik organisme-Schwendener mulai mendapatkan popularitas. Bukti
eksperimental lebih lanjut dari sifat ganda dari lumut diperoleh ketika Eugen
Thomas mempublikasikan hasil pada tahun 1939 pada eksperimen sintesis pertama
yang berhasil kembali.
Lichenes
merupakan bentuk asosiasi alga dan fungi yang hidup bersama di dalam hubungan
simbiosis yang menghasilkan tubuh baru dalam bentuk thalus lichenes. Lichenes
menyerap mineral-mineral yang dibutuhkan dari substrat tanah dan air hujan
hanya pada saat untuk bertahan hidup dengan kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan, namun yang utama lichenes menyerap air dan kebutuhan lainnya
dari udara (Anonim,1998).
Lichenes
merupakan organisme yang sangat kuat untuk bertahan hidup, namun organisme ini
sangat sensitif terhadap polutan udara sulfur oksida (Jenifer et al, 1996).
1.2 Rumusan Masalah
o
Bagaimana morfologi/ciri-ciri dan
bagian-bagian dari Lichenes ?
o
Bagaimanakah klasifikasi dari Lichenes?
o
Bagaimana perkembangbiakan Lichenes?
o
Apakah manfaat/peranan Lichenes?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah
sebagai berikut :
a. Untuk menyelesaikan tugas dalam
matakuliah Botani Tingkat Rendah yang
ditugaskan oleh dosen pembimbing
b. Mengetahui dan memahami tentang
Ciri dan peranan Lichenes sebagai
indikator
pencemaran udara.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Lumut kerak
(atau Lichenes dalam istilah ilmiah) adalah suatu organisme majemuk yang
merupakan suatu bentuk simbiosis erat dari fungus(sebagai mycobiont) dengan
mitra fotosintetik (photobiont), yang dapat berupa alga hijau (biasanya
Trebouxia) atau sianobakteri (biasanyaNostoc). Kerja sama ini demikian eratnya
sehingga morfologinya pun berbeda dari komponen simbiotiknya. Pada beberapa
kasus bahkan masing-masing komponen akan mengalami kesulitan hidup apabila
ditumbuhkan terpisah.
Organisme ini sebenarnya kumpulan
antara Fungi dan Algae, tetapi sedemikian rupa, hingga dari segi morfologi dan
fisiologi merupakan suatu kesatuan.
Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat jiga di atas tanah,
Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat jiga di atas tanah,
terutama di daerah tundra di
sekitar kutub utara. Di daerah ini areal dengan luas ribuan km2 tertutup oleh
lichenes. Baik di atas cadas maupun di dalam batu, tidak terikat tingginya
tempat di atas permukaan air laut. Lichenes dapat kita temukan dari tepi pantai
sampai di atas gunung-gunung yang tinggi. Tumbuhan ini tergolong dalam tumbuhan
perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk
pada bagian pinggir batu-batu, oleh karenanya disebut bersifat endolitik.
Lichenes tidak memerlukan
syarat-syarat hidup yang tinggi, dan tahan kekurangan air dalam jangka waktu
yang lama. Karena panas yang terik lichenes yang hidup pada batu-batu dapat
menjadi kering, tetapi tidak mati, dan jika kemudian turun hujan, Lichenes
dapat hidup kembali. Pertumbuhan thalusnya sangat lambat, dalam satu tahun
jarang lebih dari 1 cm. tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan
pertumbuhan vegetatif bertahun-tahun.
Algae yang ikut
menyusun tubuh Lichenes disebut gonidium, dapat bersel tunggal atau berkoloni.
Kebanyakan gonidium adalah ganggang biru (Cyanophyceae) antara lain Chroococcus
dab Nostoc, kadang-kadang juga ganggang hijau 9chlorophyceae) misalnya
Cystococcus dan Trentepohlia.
Kebanyakan cendawan yang ikut menyusun Lichenes tergolong ke dalam Ascomycetes terutama Discomycetales, hanya kadang-kadang Pyrenomycetales. Mungkin juga Basidiomycetes mengambil bagian dalam pembentukan Lichenes. Kebanyakan cendawan-cendawan tertentu bersimbiosis dengan ganggang tertentru pula. Untuk memelihara Lichenes pada medium buatan dijimpai bamnyak kesukaran. Tetapi jika cendawan dan ganggangnya dipisahkan, masing-masing dapat dipiara dengan mudah pada medium buatan. Pada umumnya Lichenes pada medium buatan tidak memperlihatkan pertumbuhan yang kuat. Jadi daya untuk hidup sendiri telah hilang, sehingga cendawan itu dalam jarang sekali ditemukan dalam keadaan hidup bebas. Dalam kultur murni cendawan itu memperlihatkan susunan morfologi menurut jenisnya, tetapi bentuk thalus seperti Lichenes baru terjadi, jika bertemu dengan jenis ganggang yang tepat. Lain ganggang akan menghasilkan lain Lichenes. Jadi bentuk lichenes bergantung pada macam cara hidup bersama antara kedua macam organisme yang menyusunnya.
Hidup bersama antara dua organisme yang berlainan jenis umumnya disebut simbiosis. Masing-masing organisme itu sendiri disebut simbion. Dalam pembicaraan sehari-hari simbiosis itui sering diartikan sebagai hidup bersama dengan keuntungan bagi kedua simbion, yang seharusnya dinamakan mutualisme.
Pada lichenes simbiosis antara fungi dan algae diberikan tafsiran yang berbeda-beda. Ada yang menafsirkan sebagai mutualisme, karena dipandang kedua-duanya dapat memperoleh keuntungan dari hidup bersama itu. Ganggang memberikan hasil-hasil fotosintesis terutama yang berupa karbohidrat kepada cendawan, dan sebaliknya cendawan memberikan air dan garam-garam kepada ganggang.
Dapat juga hubuingan antara ganggang dan jamur itu dianggap sebagai suatu helotisme. Keuntungan yang timbal balik itu hanya sementara, yaitu pada permulaan saja, tetapi akhirnya ganggan diperalat oleh cendawan, hubungan mana menyerupai hunbungan seorang majikan dengan budaknya (heloot). Dalam hal ini hidup bersama antara cendawan dan ganggang pada Lichenes dinamakan helotisme. Mengenai hal tersebut memang masih belum tercapai persesuaian paham. Pada penampang melintang talus lichenes tampak hifa cendawan sering kali membalut sel-sel ganggang, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke dalam sel-sel ganggang. Ganggang tetap hidup, tetapi tidak dapat membiak dengan sel-sel lembaganya sendiri. Adapula yang miselium cendawan hanya msuk kedalam selaput lender sel-sel ganggang. Dalam hal tersebut bentuk ganggang menentukan bentuk Lichenes. Pada umumnya miselium cendawan jauh lebih banyak bagian dalam takus terdiri atas anyaman hiva yang renggang dan merupakan lapisan teras(lapisan empulur). Dalam lapisan ini dekat dengan permukaan sel-sel ganggang, bergerombol yang merupakan lapisan yang dinamakan lapisan gonidium. Kulit luarnya terdiri atas mislelium cendawan lagi yang teranyam sebagai plektenkim dengan rapat.
Kebanyakan cendawan yang ikut menyusun Lichenes tergolong ke dalam Ascomycetes terutama Discomycetales, hanya kadang-kadang Pyrenomycetales. Mungkin juga Basidiomycetes mengambil bagian dalam pembentukan Lichenes. Kebanyakan cendawan-cendawan tertentu bersimbiosis dengan ganggang tertentru pula. Untuk memelihara Lichenes pada medium buatan dijimpai bamnyak kesukaran. Tetapi jika cendawan dan ganggangnya dipisahkan, masing-masing dapat dipiara dengan mudah pada medium buatan. Pada umumnya Lichenes pada medium buatan tidak memperlihatkan pertumbuhan yang kuat. Jadi daya untuk hidup sendiri telah hilang, sehingga cendawan itu dalam jarang sekali ditemukan dalam keadaan hidup bebas. Dalam kultur murni cendawan itu memperlihatkan susunan morfologi menurut jenisnya, tetapi bentuk thalus seperti Lichenes baru terjadi, jika bertemu dengan jenis ganggang yang tepat. Lain ganggang akan menghasilkan lain Lichenes. Jadi bentuk lichenes bergantung pada macam cara hidup bersama antara kedua macam organisme yang menyusunnya.
Hidup bersama antara dua organisme yang berlainan jenis umumnya disebut simbiosis. Masing-masing organisme itu sendiri disebut simbion. Dalam pembicaraan sehari-hari simbiosis itui sering diartikan sebagai hidup bersama dengan keuntungan bagi kedua simbion, yang seharusnya dinamakan mutualisme.
Pada lichenes simbiosis antara fungi dan algae diberikan tafsiran yang berbeda-beda. Ada yang menafsirkan sebagai mutualisme, karena dipandang kedua-duanya dapat memperoleh keuntungan dari hidup bersama itu. Ganggang memberikan hasil-hasil fotosintesis terutama yang berupa karbohidrat kepada cendawan, dan sebaliknya cendawan memberikan air dan garam-garam kepada ganggang.
Dapat juga hubuingan antara ganggang dan jamur itu dianggap sebagai suatu helotisme. Keuntungan yang timbal balik itu hanya sementara, yaitu pada permulaan saja, tetapi akhirnya ganggan diperalat oleh cendawan, hubungan mana menyerupai hunbungan seorang majikan dengan budaknya (heloot). Dalam hal ini hidup bersama antara cendawan dan ganggang pada Lichenes dinamakan helotisme. Mengenai hal tersebut memang masih belum tercapai persesuaian paham. Pada penampang melintang talus lichenes tampak hifa cendawan sering kali membalut sel-sel ganggang, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke dalam sel-sel ganggang. Ganggang tetap hidup, tetapi tidak dapat membiak dengan sel-sel lembaganya sendiri. Adapula yang miselium cendawan hanya msuk kedalam selaput lender sel-sel ganggang. Dalam hal tersebut bentuk ganggang menentukan bentuk Lichenes. Pada umumnya miselium cendawan jauh lebih banyak bagian dalam takus terdiri atas anyaman hiva yang renggang dan merupakan lapisan teras(lapisan empulur). Dalam lapisan ini dekat dengan permukaan sel-sel ganggang, bergerombol yang merupakan lapisan yang dinamakan lapisan gonidium. Kulit luarnya terdiri atas mislelium cendawan lagi yang teranyam sebagai plektenkim dengan rapat.
Menurut
habitusnya kita membedakan Lichenes yang talusnya menyerupai lembaran-lembaran,
dan seperti semak. Yang pertama biasanya melekat dengan benang-benang
menyerupai rizoid pada substratnya dengan seluruh sisi bawah talus, sedang yang
kedua mempunyai ujung talus yang bebas dalam udara. Pembagian ini sama sekali
tidak menunjukkan hubungan filogenetik antara anggota-anggota yang tergolong di
dalamnya. Kebanyakan Lichexnes berkembang biak vegetatif, karena bila sebagian
talus terpisah lalu tumbuh menjadi individu baru. Pada bebarapa jenis
Lichenes,pembiakan berlangsung dengan perantaraan soredium, yaitu kelompok
kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benang-benang
miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari indukknya. Dengan
robeknya dinding talus soredium tersebar seperti debu yang ditiup angin.
Benda-benda tersebut pada tempat lain dapat tumbuh menjadi Lichenes baru.
Seringkali soredium itu tetjadi dalam talus pada tempat-tempat yang mempunyai batas
yang jelas yang dinamakan soralum. Pada talus Lichenes, cendawan akhirnya dapat
membentuk tubuh buah yang menurut jenis cendawan dapat berupa apotesium atau peritesium.
Spora yang dilepaskan, di tempat yang baru jika menjumpai jenis ganggang yang
tepat, yang sama dengan jenis ganggang pada talus indukknya.
Menurut habitusnya, Lichen dibagi
menjadi dua yaitu :
a. Lichenes
dengan talus berbentuk lembaran-lembaran.
b. Lichenes dengan talus berbentuk semak-semak.
Pada
tipe Lichen dengan talus lembaran, talus seluruhnya melekat dengan sisi
bawahnya pada alas sedangkan tipe Lichen dengan talus berbentuk semak-semak,
hanya pangkal talus saja yang melekat pada alas dan ujungnya tetap bebas dan
bercabang-cabang seperti batang Cormophyta. Macam-macam Lichen (Google, 2009).
Karakteristik Lichenes
Ciri-ciri
umum
Lichenes
memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut :
v Pada
Penampang melintang talus Lichenes, kelihatan hifa cendawan membalut sel-sel
algae, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke dalam sel-sel algae. Algae
tetap hidup tetapi tidak dapat membiak dengan sel-sel lembaganya sendiri.
v Ada
pula yang miselium cendawannya hanya masuk ke dalam selaput lander sel-sel
algae, sehingga bentuk algae menentukan bentuk Lichenesnya.
v Bagian
dalam talus terdiri dari anyaman hifa yang renggang danF
merupakan lapisan teras / empulus. Dalam lapisan ini sel-sel algae bergerombol
membentuk lapisan gonidium. Kulit luarnya terdiri atas miselium cendawan yang
teranyam sebagai plektenkim yang rapat.
v Bagi lichenes yang talusnya menyerupai
lembaran, biasanya melekat dengan
benang-benang yang menyerupai rizoid. Sedangkan ujung semak menyerupai ujung
talus yang bebas dalam udara.
v Lichenes
hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga di atas tanah,
terutama di daerah tundra, digolongkan sebagai tumbuhan perintis yang ikut
berperan dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada pinggir
batuan, disebut endolitik.
v Syarat hidupnya tidak sulit dan taha terhadap
kekurangan air dalam waktu yang lama.Dapat menjadi kering akibat terik matahari
tetapi tidak mati, dan jika kemudian turun hujan, Lichenes dapat hidup kembali.
v Pertumbuhaan
talus sangat lambat. Tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan
vegetative bertahun-tahun.
v Kebanykan Lichenes bereproduksi dengan
perantaan soredium.
v Komponen
cendawannya sering dapat membentuk spora dan hanya membentukF
lichenes jika jatuh dekat algae yang merupakan simbionnya.
v Menurut
cendawan penyusunnya, Lichenes dibagi menjadi 2 kelas, yaitu Ascomychenes dan
Basidiolichenes.
Lumut tidak memiliki akar dan tidak
perlu air setiap saat seperti tumbuhan tinggi besar, sehingga mereka dapat
tumbuh di lokasi yang mustahil bagi kebanyakan tanaman, seperti batu gundul,
tanah atau pasir steril, dan berbagai struktur buatan seperti dinding, atap dan
monumen.
Banyak lumut
juga tumbuh sebagai epifit (epi - pada permukaan, phyte - tanaman) pada tanaman
lain, terutama pada batang dan cabang-cabang pohon. Ketika tumbuh pada tanaman
lain, lumut tidak parasit , mereka tidak mengkonsumsi bagian dari tanaman atau
racun itu. Beberapa yang tinggal di tanah lumut, seperti anggota subgenus
Cladina (lumut rusa), bagaimanapun, menghasilkan bahan kimia yang larut ke
dalam tanah dan menghambat perkecambahan benih tanaman dan pertumbuhan tanaman
muda.
Stabilitas dari
mereka substrat merupakan faktor utama dari habitat lumut. Kebanyakan lumut
tumbuh di permukaan batu stabil atau kulit pohon tua, tetapi banyak orang lain
tumbuh di tanah dan pasir. Dalam kasus ini yang terakhir, lumut seringkali
merupakan bagian penting dari stabilisasi tanah, memang, dalam beberapa
ekosistem gurun, vaskuler (lebih tinggi) tanaman benih tidak bisa menjadi
didirikan kecuali di tempat-tempat di mana kerak lumut menstabilkan pasir dan
membantu mempertahankan air.
Hutan Dengan Tanah Lichen-Cover
· Habitat
Lichenes.
· Lichenes tersebut memulai pembentukan tanah
dengan melapukkan pohon dan
batu-batuan serta dalam proses terjadinya
tanah. Lichenes sangat tahan terhadap kekeringan.
· Jenis-jenis Lichen yang hidup pada bebatuan
pada musim kering berkerut sampai terlepas alasnya tetapi organisme tersebut
tidak mati dan hanya berada dalam hidup laten/ dormancy.
· Jika
segera mendapat air maka tubuh tumbuhan yang telah kering tersebut mulai
menunjukkan aktivitasnya kembali.
· Pertumbuhan talusnya sangat lambat.
· Ukuran
tubbuhnya dalam satu tahun tidak mencapai 1 cm. badan buah yang baru akan tumbuh setelah
Lichen mengadakan pertumbuhan vegetatif selama bertahun-tahun.
· Morfologi
dan Anatomi Lichenes.
Beberapa lumut memiliki aspek daun
(lumut foliose), yang lain menutupi substrat seperti kerak (lichen crustose),
yang lain seperti genus Ramalina mengadopsi bentuk semak (lumut fruticose), dan
ada lumut gelatin seperti genus Collema.
Pertumbuhan lumut kerak memperlihatkan beberapa macam bentuk morfologi yang berbeda, yang dikenal sebagai:
Pertumbuhan lumut kerak memperlihatkan beberapa macam bentuk morfologi yang berbeda, yang dikenal sebagai:
1. Foliose (bentuk daun)
Thallusnya berbentuk lembaran dan
mudah dipisahkan dari substratnya. Membentuk bercak pada batu, dinding dan
kulit kayu pohon tropika . Permukaan bawah melekat pada substrat dan permukaan
atas merupakan tempat fotosintesis. Jenis ini tumbuh dengan garis tengah
mencapai 15-40 cm pada lingkungan yang menguntungkan.
Foliose lumut di batu tumbuh keluar
dan mati di tengah.
Suatu lumut foliose, pada dinding :
2. Crustose
Bentuknya datar seperti kerak.
Tumbuh pada batu,
berbentuk seperti coret-coret kecil
dan pada batang kayu
yang sudah mati.
3. Squamulose
Campuran bentuk
kerak dan daun. Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini
disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dansering
memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia.
Squamulose lumut pada Cladonia
carneola :
4. Fruticose
Thallus tegak mirip perdu. Tumbuh
menempel pada substrat oleh satu atau lebih akar. Beberapa jenis dari lumut ini
mempunyai kandungan antibiotik dan anti kanker. Hidup bergelantungan di udara,
menempel pada pohon-pohon di pegunungan.
Usnea australis, suatu bentuk fruticose, tumbuh di cabang pohon :
5. Lumut Kerak Berfilamen
Lumut ini tampak seperti kapas wol.
Tumbuh pada kulit kayu pohon dan perdu, berwarna jingga kekuningan atau hijau
cerah.
Anatomi lumut
kerak Apabila kita sayat tipis tubuh lumut kerak, kemudian diamati di bawah
mikroskop, maka akan terlihat adanya jalinan hifa/misellium jamur yang teratur
dan dilapisan permukaan terdapat kelompok alga bersel satu, yang terdapat
disela-sela jalinan hifa. Secara garis besar susunan tubuh lumut kerak dapat
dibedakan menjadi 3 lapisan.
Anatomi
lumut kerak
Struktur
morfologi dalam ( anatomi) diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini
mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu:
Lapisan Luar (korteks)
Lapisan ini tersusun atas sel-sel
jamur yang rapat dan kuat, menjaga agar lumut kerak tetap dapat tumbuh. Berupa
jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling
mengisi dengan material yang berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk
perlindungan.Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak
di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar.
Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc,Rivularia
dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebutlapisan gonidial
sebagai organ reproduksi.
Lapisan Gonidium
Merupakan lapisan yang mengandung ganggang
yang menghasilkan makanan dengan dengan berfotosintesis. Terdiri dari lapisan
hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa
jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding
yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu
yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian
lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
Lapisan Empulur
Tersusun atas sel-sel jamur yang
tidak rapat, berfungsi untuk menyimpan persediaan air dan tempat terjadinya
perkembangbiakan. Pada kelompok lumut kerak berdaun (foliose) dan perdu
(fruticose) memiliki korteks bawah yang susunannya sama dengan korteks atas,
tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk menempel pada substirat atau dikenal
sebagai rizoid.
Korteks bawah
Lapisan ini terdiri dari struktur
hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikalterhadap permukaan thallus
atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah
akar (rhizines).
Ada beberapa jenis lichenes tidak
mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang
terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi. Dari potongan
melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines coklat
bercabang pada bagian bawah. Bagian tengah yang berwarna putih terdiri dari
sel-sel jaringan jamur yang disebut medulla. Struktur pipih pada bagian atas
dan kanan disebut apothecia dan lapisancoklat di atasnya disusun oleh asci,
yaitu bagian dari ascomycete yang megandung spora jamur.
Struktur tubuh lichenes secara vegetatif terdiri dari:
Struktur tubuh lichenes secara vegetatif terdiri dari:
Ø Soredia
Soredia terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah kulit sehingga soredia dapat dengan mudah. Diameternya sekitar 25 – 100 m diterbangkan angin dan akan tumbuh pada kondisi yang sesuai menjadi tumbuhan licenes yang baru. Jadi pembiakan berlangsung dengan perantaraan soredia. Soredia itu sendiri merupakan kelompok kecil sel-sel gangang yang sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari induknya. Soredia ini terdapat di dalam soralum. Potongan Lobaria pulmonaria. Bagian hitam yang membengkak disebut cephalodium dan struktur bentuk mahkota adalah soralium dengan bentuk bola kecil soredia di atasnya. Lapisan hijau adalah koloni alga.
Soredia terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah kulit sehingga soredia dapat dengan mudah. Diameternya sekitar 25 – 100 m diterbangkan angin dan akan tumbuh pada kondisi yang sesuai menjadi tumbuhan licenes yang baru. Jadi pembiakan berlangsung dengan perantaraan soredia. Soredia itu sendiri merupakan kelompok kecil sel-sel gangang yang sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari induknya. Soredia ini terdapat di dalam soralum. Potongan Lobaria pulmonaria. Bagian hitam yang membengkak disebut cephalodium dan struktur bentuk mahkota adalah soralium dengan bentuk bola kecil soredia di atasnya. Lapisan hijau adalah koloni alga.
Ø Isidia
Isidia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada dan tingginya antara 0,5 – 3 m ìkulit luar. Diamaternya 0,01 – 0,03 m. Berdasarkan kemampuannya bergabung dengan thallus, maka dalam media perkembangbiakan, isidia akan menambah luas permukaan luarnya. Sebanyak 25 – 30 % dari spesies foliose dan fructicose mempunyai isidia. Proses pembentukan isidia belum diketahui, tetapi dianggap sebagai faktor genetika.
Isidia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada dan tingginya antara 0,5 – 3 m ìkulit luar. Diamaternya 0,01 – 0,03 m. Berdasarkan kemampuannya bergabung dengan thallus, maka dalam media perkembangbiakan, isidia akan menambah luas permukaan luarnya. Sebanyak 25 – 30 % dari spesies foliose dan fructicose mempunyai isidia. Proses pembentukan isidia belum diketahui, tetapi dianggap sebagai faktor genetika.
Ø Lobula
Lobula merupakan pertumbuhan lanjutan dari tahllus lichenes yang sering dihasilkan di sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat berkembang dengan baik pada jenis foliose, Genus Anaptycia, Neproma, Parmelia dan Peltigera. Lobula sangat sukar dibedakan dengan isidia.
Lobula merupakan pertumbuhan lanjutan dari tahllus lichenes yang sering dihasilkan di sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat berkembang dengan baik pada jenis foliose, Genus Anaptycia, Neproma, Parmelia dan Peltigera. Lobula sangat sukar dibedakan dengan isidia.
Ø Rhizines
Rhizines merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna kehitam-hitaman yang muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah) dang mengikat thallus ke bagian dalam. Ada dua jenis rhizines yaitu bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak bercanag terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia.
Rhizines merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna kehitam-hitaman yang muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah) dang mengikat thallus ke bagian dalam. Ada dua jenis rhizines yaitu bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak bercanag terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia.
Ø Tomentum
Tomentum memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan lembaran serat dari rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya muncul pada lapisan bawah seperti pada Collemataceae, Peltigeraceae dan Stictaceae.
Tomentum memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan lembaran serat dari rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya muncul pada lapisan bawah seperti pada Collemataceae, Peltigeraceae dan Stictaceae.
Ø Cilia
Cilia berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang muncul di sepanjang sisi kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan hanya berbeda pada cara tumbuhsaja.
Cilia berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang muncul di sepanjang sisi kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan hanya berbeda pada cara tumbuhsaja.
Ø Cyphellae
dan Pseudocyphellae
Cypellae berbentuk rongga bulat
yang agak besar serta terdapat pada korteks bawah dan hanya dijumpai pada genus
Sticta. Pseudocyphellae dan mempunyai ukuran yang lebih kecil dari cyphellae
yaitu sekittar 1 m terdapat pada korteks bawah spesies Cetraria, Cetralia,
Parmelia dan Pasudocyphellaria. Rongga ini berfungsi sebagai alat pernafasan
atau pertukaran udara.
Ø Cephalodia.
Cephalodia merupakan pertumbuhan lanjutan dari thallus yang terdiri dari alga-alga yangg berbedadari inangnya. Pada jenis peltigera aphthosa, cephalodia mulai muncul ketika Nostoc jatuh pada permukaan thallus dan terjaring oleh hifa cephalodia yang berisikan Nostoc biru kehijauan. Jenis ini mampu menyediakan nitrogen thallus seperti Peltigera, Lecanora,Stereocaulon, Lecidea dan beberapa jenis crustose lain.
Cephalodia merupakan pertumbuhan lanjutan dari thallus yang terdiri dari alga-alga yangg berbedadari inangnya. Pada jenis peltigera aphthosa, cephalodia mulai muncul ketika Nostoc jatuh pada permukaan thallus dan terjaring oleh hifa cephalodia yang berisikan Nostoc biru kehijauan. Jenis ini mampu menyediakan nitrogen thallus seperti Peltigera, Lecanora,Stereocaulon, Lecidea dan beberapa jenis crustose lain.
Struktur
sel
Di dalam sel lichenes terdapat
sel-sel alga yang berperan dalam pembentukan makanan karena dapat melakukan
fotosintesis. Untuk bagian-bagian lainnya sama seperti pada jamur karena
lichenes merupakan penyusun utama tubuh lichenes.
Reproduksi dan Pertumbuhan Lichenes :
Reproduksi dan Pertumbuhan Lichenes :
Tubuh talus Lichen sangat berbeda dari Fungi dan Alga lainnya. Jenis ini merupakan tumbuhan dengan bentuk dan pertumbuhan yang sederhana. Reproduksinya dapat melalui aseksual, vegetative, dan seksual. Reproduksi secara aseksula umunya dilakukan oleh tipe Fructiose Lichen. Fructiose Lichen dapat dengan mudah melakukan fragmentasi. Sebagian besar fragmentasi tersebut dilakukan saat musim kering atau saat talus pada Lichen mengalami kekeringan dan memulai pertumbuhannya ketika mulai terdapat embun. Lichen yang berkembang biak dengan cara vegetatif yaitu sebagai berikut :
a. Sebagian
talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi individu baru.
b. Perkembangbiakan
melalui soredia. Soredia adalah kelompok sel-sel ganggang yang sedang membelah
diselubungi oleh hifa-hifa Fungi. Soredia ini sering terbentuk dalam bagian
khusus dari talus yang mempunyai batas-batas yang jelas yaitu sorala.
c. Perkembangbiakan
dengan spora Fungi yang hanya menghasilkan Lichenes baru jika Fungi tersebut
dapat menemukan partner alga yang cocok.
Perkembangbiakan secara seksual umunya terjadi pada Basidiolichen. Perkembangbiakan ini melalui spora yang dihasilkan oleh hifa-hifa Fungi yang kemudian bertemu dengan partner alga yang cocok maka akan terjadi sexual fusion dan pembelahan meiosis.
Perkembangbiakan secara seksual umunya terjadi pada Basidiolichen. Perkembangbiakan ini melalui spora yang dihasilkan oleh hifa-hifa Fungi yang kemudian bertemu dengan partner alga yang cocok maka akan terjadi sexual fusion dan pembelahan meiosis.
Perkembangbiakan
lumut kerak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu vegetatif dan generatif.
1.
Reproduksi Vegetatif
Dilakukan
dengan cara fragmentasi soredium. Jika Soredium terlepas, kemudian terbawa
angin atau air dan tumbuh di tempat lain.
Soredium
2. Reproduksi Genetatif
2. Reproduksi Genetatif
Reproduksi
Generatif spora yang dihasilkan oleh askokarp atau basidiokarp, sesuai dengan
jenis jamurnya. Spora dapat tumbuh menjadi lumut kerak baru jika bertemu dengan
jenis alga yang sesuai. Sel-sel alga tidak dapat melakukan perkembangbiakan
dengan meninggalkan induknya, melainkan hanya dapat berbiak dengan membelah
diri dalam tubuh lumut kerak.
Reproduksi
generative
Soredium
adalah Sekelompok jalinan hifa yang menyelubungi sel- sel alga. Fragmentasi
adalah terlepasnya bagian tubuh untuk menjadi organisme baru.
Untuk reproduksi, lumut memiliki isidia, soredia, dan mengalami fragmentasi sederhana. Struktur ini juga terdiri dari hifa jamur melilit cyanobacteria. (Eichorn, Evert, dan Raven, 2005) Sedangkan struktur reproduksi semua terdiri dari komponen yang sama (Mycobiont dan Photobiont) mereka masing-masing unik dengan cara lain. Isidia adalah pertumbuhan yang kecil di bagian luar lumut tersebut. Soredia adalah propagul tepung yang dilepaskan dari atas talus. Dalam rangka untuk membentuk lumut, maka propagul soredia harus berisi baik photobiont dan mycobiont tersebut.
Untuk reproduksi, lumut memiliki isidia, soredia, dan mengalami fragmentasi sederhana. Struktur ini juga terdiri dari hifa jamur melilit cyanobacteria. (Eichorn, Evert, dan Raven, 2005) Sedangkan struktur reproduksi semua terdiri dari komponen yang sama (Mycobiont dan Photobiont) mereka masing-masing unik dengan cara lain. Isidia adalah pertumbuhan yang kecil di bagian luar lumut tersebut. Soredia adalah propagul tepung yang dilepaskan dari atas talus. Dalam rangka untuk membentuk lumut, maka propagul soredia harus berisi baik photobiont dan mycobiont tersebut.
Lichenes
yang berkembang biak dengan cara vegetatif yaitu sebagai berikut :
1. Sebagian talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi individu baru.
1. Sebagian talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi individu baru.
2.
Perkembangbiakan melalui soredia. Soredia adalah kelompok sel-sel ganggang yang
sedang membelah diselubungi oleh hifa-hifa Fungi. Soredia ini sering terbentuk
dalam bagian khusus dari talus yang mempunyai batas-batas yang jelas yaitu
sorala.
3.
Perkembangbiakan dengan spora Fungi yang hanya menghasilkan Lichenes baru jika
Fungi tersebut dapat menemukan partner alga yang cocok.
Perkembangbiakan secara seksual umumnya terjadi pada Basidiolichen. Perkembangbiakan ini melalui spora yang dihasilkan oleh hifa-hifa Fungi yang kemudian bertemu dengan partner alga yang cocok maka akan terjadi sexual fusion dan pembelahan meiosis.
Perkembangbiakan secara seksual umumnya terjadi pada Basidiolichen. Perkembangbiakan ini melalui spora yang dihasilkan oleh hifa-hifa Fungi yang kemudian bertemu dengan partner alga yang cocok maka akan terjadi sexual fusion dan pembelahan meiosis.
klasifikasi
lichenis dan gambar
Lichenes sangat sulit untuk
diklasifikasikan karena merupakan gabungan dari alga dan fungi serta sejarah
perkembangan yang berbeda. Para ahli seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan
Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan
ke dalam kelompok jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo
Leocanorales dari Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan agar lichenes
dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang berbeda dari alga dan fungi.
Lichenes memiliki klasifikasi yang
bervariasi dan dasar dasar klasifikasinya secara umum adalah sebagai beriktu :
1. Berdasarkan komponen cendawan
yang menyusunnya
Ø Ascolichens.
- Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
- Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.
Dalam Klas Ascolichens ini dibangun
juga oleh komponen alga dari famili: Mycophyceae dan Chlorophyceae yang
bentuknya berupa gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah Scytonema, Nostoc,
Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah Protococcus,
Trentopohlia, Cladophora dll.
Ø Basidiolichenes
Berasal dari jamur Basidiomycetes
dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan
tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filamen yaitu :
Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus. Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon,
Normandia, dll.
2. Berdasarkan alga yang menyusun thalus
Ø Homoimerus
Sel alga dan hifa jamur tersebar
merat pada thallus. Komponen alga mendominasi dengan bentuk seperti gelatin,
termasuk dalam Mycophyceae. Contoh : Ephebe, Collema
Ø Heteromerous
Sel alga terbentuk terbatas pada
bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan terbentuknya thallus, alga
tidak berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia
3. Berdasarkan type thallus dan kejadiannya
Ø Crustose atau Crustaceous.
Merupakan lapisan kerak atau kulit
yang tipis di atas batu, tanah atau kulit pohon. Seperti Rhizocarpon pada batu,
Lecanora dan Graphis pada kulit kayu. Mereka terlihat sedikit berbeda antara
bagian permukaan atas dan bawah.
Ø Fruticose atau filamentous
Lichen semak, seperti silinder rata
atau seperti pita dengan beberapa bagian menempel pada bagian dasar atau
permukaan. Thallus bervariasi, ada yang pendek dan panjang, rata, silindris
atau seperti janggut atau benang yang menggantung atau berdiri tegak. Bentuk
yang seperti telinga tipis yaitu Ramalina. Yang panjang menggantung seperti
Usnea dan Alectoria. Cladonia adalah tipe antara kedua bentuk itu.
Secara umum Taksonomi lichenes menurut Misra dan
Agrawal (1978)
adalah sebagai berikut :
Klas
:
Ascolichens
Ordo
: Lecanorales
Famili
:Lichinaceae,
Collemataceae, Heppiaceae, Pannariaceae, Coccocarpiaceae, Perltigeraceae,
Stictaceae, Graphidaceae, Thelotremataceae, Asterothyriaceae, Gyalectaceae,
Lecidaeceae, Stereocaulaceae, Cladoniaceae, Umbilicariaceae, Lecanoraceae,
Parmeliaceae, Usneaceae, Physciaceae, Theloshistaceae.
Ordo
: Sphariales
Famili
: Pyrenulaceae,
Strigulaceae, Verrucariaceae
Ordo
: Caliciales
Famili
: Caliciaceae,
Cypheliaceae, Sphaephoraceae
Ordo
:
Myrangiales
Famili
: Arthoniaceae,
Myrangiaceae
Ordo
:
Pleosporales
Famili
: Arthopyreniaceae
Peranan Lichenes
Lichen
memiliki peranan yang penting dalam perekonomian yaitu sebagai bahan makanan
yang dapat diolah oleh daerah-daerah tertentu, dapat digunakan sebagai
primitive antibiotics, maupun sebagai ekstrak pewarna ungu dan merah.
Lumut kerak mampu hidup pada daerah bebatuan dan mampu merubah area tandus berbatu menjadi tempat yang digunakan untuk tumbuh-tumbuhan lain.
Peran lumut kerak bagi manusia :
Lumut kerak mampu hidup pada daerah bebatuan dan mampu merubah area tandus berbatu menjadi tempat yang digunakan untuk tumbuh-tumbuhan lain.
Peran lumut kerak bagi manusia :
1. Sebagai
tumbuhan perintis.
2. Membantu
siklus nitrogen.
3. Sebagai
indikator lingkungan.
4. Peranan
lain dari lumut kerak.
Peranan
lain dari lumut kerak adalah :
ü Jenis
ustenea dasypoga dan usnea miseminensis dapat dijadikan obat karena mengandung
anti kanker.
ü Jenis
Roccella tinctoria digunakan sebagai bahan dasar lakmus.
ü Selain
peran menguntungkan, ternyata lumut kerak juga dapat
meruginan karena mampu merusak batuan pada peninggalan sejarah
seperti candi Borobudur dan candi-candi lainnya.
meruginan karena mampu merusak batuan pada peninggalan sejarah
seperti candi Borobudur dan candi-candi lainnya.
Walaupun lumut kerak
mampu hidup pada lingkungan ekstrim, tetapi lumut kerak sangat peka terhadap
polusi. Oleh sebab itu lumut kerak dapat dijadikan indikator pencemaran udara,
darat, hujan asam, logam berat, kebocoran radioaktif dan radiasi sinar. Ultra
violet sebagai akibat penurunan ozon. Lumut kerak sangat peka terhadap
pencemaranpaling rendah sekalipun. Jika pada suatu daerah tidak terdapat lumut
kerak, memberikan petunjuk bahwa daerah itu telah terkena pencemaran.
Beberapa lumut kerak yang
mengandung ganggang cyanophyta (cynobacterium) yang tumbuh tersebar di hutan
tropika mampu hidup pada intensitas cahaya yang rendah dan yang lebih penting
mereka dapat menggunakan nitrogen bebas (gas nitrogen) menjadi nitrogen organik
(asam amino dan protein). Jadi lumut kerak cynobacterium dalam ekosistem
membantu daur nitrogen yang berperan dalam persediaan pupuk alami pada
ekosistem dasar hutan hujan. Banyak lumut menghasilkan senyawa sekunder,
termasuk pigmen yang mengurangi jumlah berbahaya dari sinar matahari dan racun
kuat yang mengurangi herbivora membunuh bakteri atau. Senyawa ini sangat
berguna untuk identifikasi lichen, dan memiliki kepentingan ekonomi sebagai
pewarna seperti cudbear atau primitif antibiotik. Ada laporan kencan hampir
2000 tahun lichen digunakan untuk mengekstrak dan merah warna ungu. Dari makna
sejarah dan komersial yang besar adalah lumut milik keluarga Roccellaceae,
biasa disebut orchella rumput atau cat ungu kemerah-merahan. Orcein dan pewarna
lumut lainnya sebagian besar telah diganti dengan versi sintetis. pH indikator
lakmus adalah pewarna diekstrak dari lumut Tinctoria rocella.
Ekstrak dari
banyak Usnea spesies digunakan untuk mengobati luka di Rusia pada pertengahan
abad kedua puluh. Substansi olivetol ini ditemukan secara alami hadir dalam
spesies tertentu lumut Ini adalah properti itu saham dengan ganja tanaman, yang
internal menghasilkan substansi terkait olivetolic asam (sebelum menggunakannya
untuk biosynthesise tetrahydrocannabinol (THC).
Lumut dimakan oleh berbagai budaya di seluruh dunia. Meskipun beberapa lumut hanya dimakan pada saat kelaparan, yang lain adalah makanan pokok atau bahkan makanan lezat. Dua hambatan yang sering ditemui ketika makan lumut: lumut polisakarida umumnya dicerna bagi manusia, dan lumut biasanya mengandung sedikit beracun senyawa sekunder yang harus dihapus sebelum makan. Sangat sedikit lumut beracun, tetapi mereka tinggi asam vulpinic atau asam usnat beracun. lichen beracun Kebanyakan kuning.
Lumut dimakan oleh berbagai budaya di seluruh dunia. Meskipun beberapa lumut hanya dimakan pada saat kelaparan, yang lain adalah makanan pokok atau bahkan makanan lezat. Dua hambatan yang sering ditemui ketika makan lumut: lumut polisakarida umumnya dicerna bagi manusia, dan lumut biasanya mengandung sedikit beracun senyawa sekunder yang harus dihapus sebelum makan. Sangat sedikit lumut beracun, tetapi mereka tinggi asam vulpinic atau asam usnat beracun. lichen beracun Kebanyakan kuning.
Di masa lalu
lumut Islandia (Cetraria islandica) adalah makanan manusia yang penting di
Eropa bagian utara, dan dimasak sebagai roti, bubur, puding, sup, atau salad.
Wila (Bryoria fremontii) adalah makanan yang penting dalam bagian dari Amerika
Utara, di mana itu biasanya pitcooked. masyarakat Utara di Amerika Utara dan
Siberia tradisional memakan sebagian dicerna lichen rusa (Cladina sp.) setelah
mereka keluarkan dari rumen dari karibu atau rusa yang telah dibunuh. babat
Rock ( Umbilicari dan Lasalia ) merupakan lichen yang sudah sering digunakan
sebagai makanan darurat di Amerika Utara, dan satu spesies, Umbilicaria
esculenta, digunakan dalam berbagai makanan tradisional Korea dan Jepang.
Pengaruh Lichenes Terhadap Pencemaran Udara
Lumut kerak (Lichenes) ini merupakan gabungan miselium jamur yang di dalamnya terjalin sel-sel alga dan keduanya saling bersimbiosis mutualisme. Jamurnya adalah golongan Ascomycota atau Basidiomycota dengan alga hijau/Chlorophyta atau alga biru/Cyanophyta yang uniseluler.
Meskipun
keduanya hidup sendiri-sendiri, tetapi dengan hidup pada lumut kerak lebih
menguntungkan bagi keduanya, karena mereka mampu hidup pada substrat atau
tempat yang organisme lain tidak dapat hidup, misalnya batu. Karena mampu hidup
pada batu-batuan, Lichenes ini dikatakan sebagai organisme perintis yang mampu
hidup di atas batu. Lichenes tersebut memulai pembentukan tanah dengan
melapukkan permukaan batuan dan menambahkan kandungan zat-zat yang dimiliknya.
Lichenes dapat juga digunakan sebagai indikator pencemaran udara, karena dia
tidak mampu hidup pada udara yang sudah tercemar. Jadi, apabila di suatu daerah
tidak ada Lichenes, ini menunjukkan bahwa udara di daerah tersebut sudah
tercemar. Selain itu, Lichenes dapat dimanfaatkan pula sebagai obat, digunakan
sebagai penambah rasa dan aroma, serta pigmen yang dihasilkan dapat dibuat
kertas lakmus celup untuk menentukan indikator pH.
Dari sejumlah laporan diketahui bahwa talus Lichenes dapat mengakumulasi Pb yang berasal dari hasil emisi gas buang kendaraan bermotor. Hasil penelitian Bargagli et al (1987) dalam Nursal, dkk (2005) menunjukkan bahwa Lichenes merupakan indikator yang baik terhadap pencemaran udara. Di daerah Tuscany-Italia, konsentrasi Pb pada talus Lichenes terdapat 13,2 μgg-1 berat kering. Konsentrasi Pb terbanyak ditemukan di daerah yang dekat dengan area parkir kendaraan dan di dekat jalan raya. Akumulasi Pb pada Parmelia physodes menurun secara proporsional pada jarak yang semakin jauh dari jalan raya (Deruelle dan Kovacs, 1992 dalam Nursal, dkk, 2005). Hasil penelitian Deruelle (1981) dalam Nursal, dkk (2005) juga menunjukkan bahwa pada jarak 15 m dari jalan raya akumulasi Pb ditemukan sebanyak 1002 μgg-1 berat kering, sedangkan pada jarak 600 m dari jalan raya akumulasi Pb hanya 65 μgg-1 berat kering. Lichenes juga dapat digunakan sebagai indikator terhadap berbagai polutan diantaranya SO2, NO2, HF, Chlorida, O3, peroksi asetat, logam berat, isotop radioaltif, pupuk, pestisida, dan herbisida (Kovacs, 1992 dalam Nursal, dkk, 2005). Jenis-jenis Lichenes mempunyai tingkat sensitifitas yang berbeda terhadap bahan pencemar. Ada yang bersifat sensitif dan ada pula yang bersifat toleran. Kisaran toleransi Lichenes terhadap SO2 ternyata cukup tinggi. Lecanora conizoides masih dapat hidup pada konsentrasi SO2 150μgm-3. Pada konsentrasi SO2 lebih dari 170 μgm-3 tidak ada lagi jenis Lichenes yang bisa hidup. Lecanora conizaeoides ditemukan pada kulit batang pohon yang dikoloni oleh alga apabila konsentrasi SO2 125 μgm-3. Usnea ceratina dapat ditemui pada pohon yang sama apabila konsentrasi SO2 35 μgm-3 dan Usnea florida dapat ditemukan apabila konsentrasi SO2 30 μgm-3Pb yang terdapat di udara dapat terakumulasi pada jaringan tubuh makhluk hidup terutama pada talus Lichenes (Lumut kerak). Dari sejumlah laporan diketahui bahwa talus Lichenes dapat mengakumulasi Pb yang berasal dari hasil emisi gas buang kendaraan bermotor. Hasil penelitian Bargagli et al (1987) menunjukkan bahwa Lihenes merupakan indikator yang baik terhadap pencemaran udara. Di daerah Tuscany-Italia, konsentrasi Pb pada talus Lichenes terdapat 13,2 μgg-1 berat kering. Konsentrasi Pb terbanyak ditemukan di daerah yang dekat dengan area parkir kendaraan dan di dekat jalan raya. Akumulasi Pb pada Parmelia physodes menurun secara proporsional pada jarak yang semakin jauh dari jalan raya (Deruelle dalam Kovacs, 1992). Hasil penelitian Deruelle (1981) juga menunjukkan bahwa pada jarak 15 m dari jalan raya akumulasi Pb ditemukan sebanyak 1002 μgg-1 berat kering,sedangkan pada jarak 600 m dari jalan raya akumulasi Pb hanya 65 μgg-1 berat kering Lichenes juga dapat digunakan sebagai indikator terhadap berbagai polutan diantaranya SO2, NO2, HF, Chlorida, O3, Peroksi asetat, Logam berat, Isotop radioaltif, pupuk, pestisida, dan (Kovacs, 1992). Jenis-jenis Lichenes mempunyai tingkat sensitifitas yang berbeda terhadap bahan pencemar. Ada yang bersifat sensitif dan ada pula yang bersifat toleran. Kisaran toleransi Lichenes terhadap SO2 ternyata cukup tinggi. Lecanora conizoides masih dapat hidup pada konsentrasi SO2 150μgm-3. Pada konsentrasi SO2 lebih dari 170 μgm-3 tidak ada lagi jenis Lichenes yang bisa hidup. Lecanoraonizaeoides ditemukan pada kulit batang pohon yang dikoloniet oleh alga apabila konsentrasi SO2 125 μgm-3. Usnea ceratina dapat ditemui pada pohon yang sama apabila konsentrasi SO2 35 μgm-3 dan Usneaflorida dapat ditemukan apabila konsentrasi SO2 30 μgm-3 (Galun and Ronen dalam Galun, 2000). Untuk dapat memprediksi lebih awal kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan oleh polutan Pb di masa yang akan datang terhadap kehidupan, perlu dilakukan monitoring terhadap keberadaannya sebagai bahan pencemar (polutan) di udara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui akumulasi Timbal (Pb) pada talus Lichenes yang tumbuh pada permukaan batang pohon di jalur hijau Kota Pekanbaru. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi awal tentang kualitas lingkungan udara di Kota Pekanbaru. Selain itu juga diharapkan dapat berguna bagi keperluan penelitian lebih lanjut.
Dari sejumlah laporan diketahui bahwa talus Lichenes dapat mengakumulasi Pb yang berasal dari hasil emisi gas buang kendaraan bermotor. Hasil penelitian Bargagli et al (1987) dalam Nursal, dkk (2005) menunjukkan bahwa Lichenes merupakan indikator yang baik terhadap pencemaran udara. Di daerah Tuscany-Italia, konsentrasi Pb pada talus Lichenes terdapat 13,2 μgg-1 berat kering. Konsentrasi Pb terbanyak ditemukan di daerah yang dekat dengan area parkir kendaraan dan di dekat jalan raya. Akumulasi Pb pada Parmelia physodes menurun secara proporsional pada jarak yang semakin jauh dari jalan raya (Deruelle dan Kovacs, 1992 dalam Nursal, dkk, 2005). Hasil penelitian Deruelle (1981) dalam Nursal, dkk (2005) juga menunjukkan bahwa pada jarak 15 m dari jalan raya akumulasi Pb ditemukan sebanyak 1002 μgg-1 berat kering, sedangkan pada jarak 600 m dari jalan raya akumulasi Pb hanya 65 μgg-1 berat kering. Lichenes juga dapat digunakan sebagai indikator terhadap berbagai polutan diantaranya SO2, NO2, HF, Chlorida, O3, peroksi asetat, logam berat, isotop radioaltif, pupuk, pestisida, dan herbisida (Kovacs, 1992 dalam Nursal, dkk, 2005). Jenis-jenis Lichenes mempunyai tingkat sensitifitas yang berbeda terhadap bahan pencemar. Ada yang bersifat sensitif dan ada pula yang bersifat toleran. Kisaran toleransi Lichenes terhadap SO2 ternyata cukup tinggi. Lecanora conizoides masih dapat hidup pada konsentrasi SO2 150μgm-3. Pada konsentrasi SO2 lebih dari 170 μgm-3 tidak ada lagi jenis Lichenes yang bisa hidup. Lecanora conizaeoides ditemukan pada kulit batang pohon yang dikoloni oleh alga apabila konsentrasi SO2 125 μgm-3. Usnea ceratina dapat ditemui pada pohon yang sama apabila konsentrasi SO2 35 μgm-3 dan Usnea florida dapat ditemukan apabila konsentrasi SO2 30 μgm-3Pb yang terdapat di udara dapat terakumulasi pada jaringan tubuh makhluk hidup terutama pada talus Lichenes (Lumut kerak). Dari sejumlah laporan diketahui bahwa talus Lichenes dapat mengakumulasi Pb yang berasal dari hasil emisi gas buang kendaraan bermotor. Hasil penelitian Bargagli et al (1987) menunjukkan bahwa Lihenes merupakan indikator yang baik terhadap pencemaran udara. Di daerah Tuscany-Italia, konsentrasi Pb pada talus Lichenes terdapat 13,2 μgg-1 berat kering. Konsentrasi Pb terbanyak ditemukan di daerah yang dekat dengan area parkir kendaraan dan di dekat jalan raya. Akumulasi Pb pada Parmelia physodes menurun secara proporsional pada jarak yang semakin jauh dari jalan raya (Deruelle dalam Kovacs, 1992). Hasil penelitian Deruelle (1981) juga menunjukkan bahwa pada jarak 15 m dari jalan raya akumulasi Pb ditemukan sebanyak 1002 μgg-1 berat kering,sedangkan pada jarak 600 m dari jalan raya akumulasi Pb hanya 65 μgg-1 berat kering Lichenes juga dapat digunakan sebagai indikator terhadap berbagai polutan diantaranya SO2, NO2, HF, Chlorida, O3, Peroksi asetat, Logam berat, Isotop radioaltif, pupuk, pestisida, dan (Kovacs, 1992). Jenis-jenis Lichenes mempunyai tingkat sensitifitas yang berbeda terhadap bahan pencemar. Ada yang bersifat sensitif dan ada pula yang bersifat toleran. Kisaran toleransi Lichenes terhadap SO2 ternyata cukup tinggi. Lecanora conizoides masih dapat hidup pada konsentrasi SO2 150μgm-3. Pada konsentrasi SO2 lebih dari 170 μgm-3 tidak ada lagi jenis Lichenes yang bisa hidup. Lecanoraonizaeoides ditemukan pada kulit batang pohon yang dikoloniet oleh alga apabila konsentrasi SO2 125 μgm-3. Usnea ceratina dapat ditemui pada pohon yang sama apabila konsentrasi SO2 35 μgm-3 dan Usneaflorida dapat ditemukan apabila konsentrasi SO2 30 μgm-3 (Galun and Ronen dalam Galun, 2000). Untuk dapat memprediksi lebih awal kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan oleh polutan Pb di masa yang akan datang terhadap kehidupan, perlu dilakukan monitoring terhadap keberadaannya sebagai bahan pencemar (polutan) di udara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui akumulasi Timbal (Pb) pada talus Lichenes yang tumbuh pada permukaan batang pohon di jalur hijau Kota Pekanbaru. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi awal tentang kualitas lingkungan udara di Kota Pekanbaru. Selain itu juga diharapkan dapat berguna bagi keperluan penelitian lebih lanjut.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Lichenes menyerap mineral-mineral
yang dibutuhkan dari substrat tanah dan air hujan hanya pada saat untuk
bertahan hidup dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, namun yang
utama lichenes menyerap air dan kebutuhan lainnya dari udara. Memiliki
cirri-ciri :
·
Lumut kerak (Lichenes) ini merupakan
gabungan miselium jamur yang diü dalamnya
terjalin sel-sel alga dan keduanya saling berinteraksi membentuk kehidupan
simbiose yaitu simbiosis mutualisme.
·
Komponen fungi disebut mikobion dan
komponen alga disebut fikobionü namun sering
juga penyebutan Algae yang ikut menyusun tubuh Lichenes disebut gonidium,
ganggangnya berupa ganggang bersel tunggal atau berupa koloni.
·
Kebanyakan gonidium adalah ganggang biru
(Cyanophyceae) antara lain choococcus
dan Nostoc, kadang-kadang juga ganggang hijau (Cholorophyceae) misalnya
Cystococcus dan Trentopohlia.
·
Kebanyakan cendawan yang ikut menyusun
Lichenes tergolong ke dalamü Ascomycetes
terutama Discomycetales, hanya kadang-kadang Pyrenomycetales.
·
Mungkin juga basidiomycetes mengambil
bagian dalam membentuk Lichenes.
·
Meskipun keduanya hidup sendiri-sendiri,
tetapi dengan hidup pada lumut kerak lebih menguntungkan bagi keduanya, karena
mereka mampu hidup pada substrat atau tempat yang organisme lain tidak dapat
hidup, misalnya batu.
·
Karena mampu hidup pada batu-batuan,
selain juga di pohon-pohonanü secara
komensalisme tetapi banyak yang hidup pada tanah ataupun pada batu terutama di
daerah tundra.
·
Hidup Lichen tidak bergantung pada
tinggi tempat hidupnya dari permukaan laut oleh karena itu Lichen dapat
ditemukan mulai dari dataran randah sampai pada dataran tinggi
·
Lichenes ini dikatakan sebagai organisme
perintis yang mampu mengawaliükehidupan dari
kehidupan yang lain misalnya hidup di atas batu artinya Lichenes sebagai
tumbuhan pioneer / perintis memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan.
Lumut kerak dapat hidup di segala
ketinggian di atas batu cadas, di tepi pantai, sampai di gunung-gunung yang
tinggi. Lumut kerak dapat berperan dalam pembentukan tanah dan menghancurkan
batu-batuan yang cadas sehingga lumut jenis ini disebut juga sebagai tumbuhan
perintis.
Lumut kerak
adalah makhluk hidup yang tahan terhadap kekeringan dalam waktu yang lama. Pada
saat kekeringan dan tersengat matahari secara terus-menerus, lumut ini akan
kering, tetapi tidak mati. Pada saat turun hujan, lumut kerak tumbuh kembali.
Ciri lain lumut ini adalah pertumbuhan talusnya yang lambat. Dalam satu tahun,
pertumbuhan talusnya kurang dari 1 cm.
Dari data-data yang terdapat di atas juga, dapat disimpulkan bahwa :
Dari data-data yang terdapat di atas juga, dapat disimpulkan bahwa :
1. Lichenes
tidak dapat hidup di suatu tempat yang udaranya tercemar.
2. Lichenes
dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran udara.
Artinya jika Disuatu tempat masih
terdapat lichenes maka dapat diketahui bahwa udara di tempat tersebut masih
tergolong bersih, dan Jika di suatu tempat tidak terdapat Lichenes maka dapat
diketahui udara ditempat tesebut sudah tercemar.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasnunidah,
Neni.2009.Botani Tumbuhan Rendah. Bandarlampung:Unila
Tjitrosupomo,
Gembong.2004.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta:UGM
http//:www.google.com/Lichenes
sebagai indikator pencemaran udara/
http//:www.google.com/Pencemaran
udara/.
http//:www.google.com/
Pengaruh lichenes terhadap pencemaran
Yurnaliza. 2010. Lichenes.
Universitas Sumatera Utara. Sumatra utara.Anonim. 2008. Makalah Lichenes. (Online) Tersedia di http://tugaskuli4h.wordpress.com
ach-e11.blogspot.com/2011/05/licheneslumut-kerak.html
ach-e11.blogspot.com/2011/05/licheneslumut-kerak.html
Tjitrosoepomo gembong. 1989. Taksonomi tumbuhan. Yogyakarta.
Universitas gajah mada
masteropik.blogspot.com/2011/02/jenis-jenis-lumut.html